Kamis, 04 Juni 2009


dakwatuna.com - Selatan Gaza, Para ulama, dai, pakar, peneliti sepakat bahwa peran masjid sangat besar dalam pemeliharaan dan memperkuat ketahanan masyarakat, persiapan generasi yang akan mampu membawa beban tanggungjawab dakwah dan menghadapi penjajah Israel.

Kesimpulan ini disampaikan dalam akhir acara konferensi pertama yang diselenggarakan oleh Asosiasi Masjid di Selatan Jalur Gaza siang kemarin hari Sabtu (30/5) yang disponsori oleh Perdana Menteri Ismail Haniyah, dengan partisipasi luas dari berbagai kalangan dari imam-imam masjid, ulama, pakar hukum, dan diselingi oleh telekonfrensi via telepon oleh Mursyid Aam Ikhwanul Muslimin Mohammed Mahdi Akef.

Konferensi ini menyerukan agar diberikan kesempatan untuk membuka sejumlah pelatihan khusus bagi anggota komite masjid untuk memberikan keahlian kepada mereka dalam bidang yang mereka geluti. Ia menyerukan pentingnya mengungkap potensi pemuda sejak diri sejak generasi usia dini dan peduli terhadap mereka untuk diberi bekal keahlian dan dimotivasi. Disamping itu juga bidang dakwah, harus ada planning untuk semua kegiatan kemasjidan.

Konferensi memberikan rekomendaasi pentingnya mendirikan kantor di dalam masjid yang dikhususkan untuk manajemen masjid yang mengurus masalah pemberian fasilitas dan kemudahan untuk jaringan telepon, ruang pertemuan, komputer khusus masjid. Mereka menegaskan pentingnya bekerja di masjid sebagai lembaga yang memiliki penanggungjawab, anggota dengan syarat-syarat dan pentingnya aktifitas masjid diarsipkan baik arsip kertas, file elektronik, gambar dan lain-lain.

Para peserta konferensi menegaskan pentingnya panutan, akhlak yang baik, dan bekerja menarik simpati manusia dan kerja berkesinambungan dalam pertukaran pengalaman antar masjid. Disamping itu mereka juga menyerukan agar para pengelola masjid konsentrasi dalam bekerja menunaikan tugas mengemban risalah kemasjidan dari sisi dakwah, sosial, dan pendidikan.

Para peserta konferensi menyerukan pentingnya mengefektifkan peran perpustakaan masjid dalam memberikan wawasan dan menyebarkan ilmu pengetahuan, peduli terhadap pusat-pusat penghafal Al-Quran dan diberi prioritas besar, termasuk dalam hal pengkaderan manajemen masjid.

Mereka juga menegaskan pentingnya dokumentasi sejarah berdirinya semua masjid-masjid Gaza, aktifitasnya, karakternya, perannya yang dirangkum dalam sebuah buku yang bagus yang disebarkan kepada semua masjid yang ada. Disamping itu mereka juga minta diperhatikan suara muadzin yang bagus, pembaca Al-Quran yang baik, indah dan benar.

Diskusi bagus

Konferensi dengan tajuk “Masjid-masjid Gaza… Kemenangan dan Kemuliaan” diselingi dengan sejumlah diskusi, masukan yang bersifat mendidik. Dr. Ali Tharsyawi menyampaikan dari Asosiasi Masjid-masjid di Selatan Gaza tema “masjid-masjid kami benteng kebaikan” yang menyerukan agar bekerja secara serius dalam kegiatan kemasjidan karena selama ini asosiasi masjid mmemiliki peran dan kedudukan penting dalam memainkan perannya di Jalur Gaza.

Sementara itu dekan fakultas pendidikan di Universitas Islam Dr. Mahmoud Abu Dav Abu Dav menyampaikan materinya dengan tajuk “pendidikan (tarbiyah) sungguh-sungguh” yang menegaskan pentingnya melakukan pendidikan (tarbiyah) serius di masjid. Ia mengisyarakatkan bahwa jalan paling dekat untuk menyiapkan personel-personel yang memiliki kafaah (kemampuan dan keahlian) yang handal.

Peran masjid dalam pendikan IM

Hasan Syam’ah, anggota Komite Pendiri Ikhwanul Muslimin (IM) di Palestina menyampaikan tema “moderat dalam manhaj Ikhwanul Muslimin”. Ia menegaskan peran masjid yang besar dalam menyiapkan generasi gerakan IM ini. Gerakan Islam sangat menyadari peran penghancuran yang dilakukan Israel dalam menghadapi pemuda Palestina sejak pertama kali tumbuh melalui pendidikan generasi masjid.

Akef: respon penghancuran masjid dengan memakmurkannya

Dalam telekonferennya, Muhammad Mahdi Akef, Mursyid ‘Am Ikhwanul Muslimin (IM) mengajak untuk meningkatkan pembangunan masjid di Jalur Gaza dan meningkatkan perannya di masyarakat. Hal itu dilakukan sebagai reaksi atas penghancuran yang dilancarkan pihak Zionis Israel terhadap masjid-masjid tersebut.

Dalam sambutan via telepon dalam acara seminar bertajuk “Masjid Gaza… kemenangan dan kemuliaan” yang diselenggarakan hari ini, Sabtu (30/5) oleh Persatuan Masjid Gaza Selatan dibawah pimpinan PM Ismail Haneya, Akef menekankan bahwa reaksi atas kejahatan Zionis Israel terhadap masjid-masjid Gaza selama perang beberapa waktu lalu adalah dengan menjaganya dan meningkatkan perannya di masyarakat. Beliau juga menekankan pada penambahan jumlah pembangunan masjid untuk menambah kedekatan kaum muslimin kepada Tuhannya dan aturan yang benar.

Dalam kesempatan itu, Akef menegaskan bahwa masjid sendiri memiliki kedudukan yang besar dalam mengidupkan umat Islam kepada kedudukan semestinya sejak masa Nabi Muhammad SAW hingga kini. Beliau juga mengingatkan bahwa, bagi IM, masjid merupakan tempat bagi pembinaan generasi mendatang.

Di akhir sambutannya, mursyid ‘am menyampaikan salam perjuangan kepada bangsa dan rakyat Palestina yang gagah berani dalam menghadapi berbagai upaya konspirasi Zionis Israel dan dunia internasional. Beliau juga menekankan bahwa umat Islam di dunia selalu bersama bangsa Palestina karena menganggap bahwa persoalan mereka adalah persoalan utama bagi kaum muslimin dunia.

Sesi kedua

Di sesi kedua konferensi, dai Dayyab At-Tatar menyampaikan tema “peran dakwah dan sosial masjid” menegaskan bahwa pendirian masjid di masa Rasulullah adalah titik tolak dakwah Islam dengan fase-fase yang dilaluinya sampai kepada fase era modern dengan kondisi berbeda-beda.

Sementara itu, Ketua Kementerian Wakaf, Ustad Mundzir Ghimari menyampaikan tema “Kementerian Wakaf … capaian dan cita-cita” bahwa pihaknya sudah merencanakan untuk memberikan pelatihan pembekalan, pelatihan khutbah, penasihat di Jalur Gaza. Ia akan mendirikan konferensi, diskusi, pertukaran keahlian, standarisasi tema khutbah yang sesuai dengan peristiwa Palestina seperti nakbah dan lain-lain.

makalah pengayaan m.sej.islam

Peng.M.Sej Islam

PENGAYAAN MATERI PELAJARAN SEJARAH ISLAM DI INDONESIA
TEMA : SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA.



Assalamu’alaikum Wbr. Wb.
Marilah terlebih dahulu kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan hidayat, taufik dan barakah-Nya pada kita semua sehingga dapat menghadiri suatu kegiatan yang penting mengenai Pengayaan Materi Pelajaran Sejarah Islam di Indonesia yang diselenggarakan Hizbut Tahrir Indonesia DPD II Kabupaten Bogor, Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten Bogor, dan Kantor Departemen Agama Kabupaten Bogor. Marilah juga kita sampaikan salawat dan do’a kepada Nabi Besar Muhammad SAW. beserta keluarganya, para sahabatnya yang telah membimbing serta membina serta membimbing umatnya melalui agama Islam sebagai pedoman bagi kehidupan baik di dunia maupun di akhirat, Kepada pimpinan ketiga Lembaga peyelenggara kegiatan yang penting ini kami ingin menyampaikan rasa terimakasih atas kepercayaannya untuk menyampaikan sebuah tema yang telah diberikan yaitu” Sejarah Perkembangan Islam Di Indonesia” yang mudah-mudahan dapat memberikan tambahan
Pengayaan Materi Pelajaran Sejarah Islam di Indonesia.

I. Pokok-Pokok Permasalahan
Untuk membicarakan Sejarah Islam di Indonesia mengingat materi yang sangat luas dan mengingat waktunya yang terbatas maka perkenankan kami dalam tulisan ini hanya ajan menyampaikan polol-pokok permasahannya yang meliputi:
1. Kedatangan Islam ke Indonesia dan proses penyebarannya;
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Kesultanan-Kesultanan di Nusantara;

3. Kesmpulan dan Upaya Menumbuhkan Citra Kejayaan Islam
.
II. Uraian Singkat
1. Kedatangan dan Penyebaran Islam di Indonesia ada teorii yang berpendapat baru abad ke-13 M. yang dikemukakan oleh Snouck Hurgronje dan lainnya, dan yang berpendapat sudah sejak abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 Masehi yann antara lain dikemukakan W.P. Groeneveldt, Syeikh Muhammad Naguib Al-Attas, S.Q. Fatimi, Hamka, Uka Tjandrasasmita dll. Masing-masing golongan membuat argumentasinya. Tetapi bagaimanapun kami berpendapat yang benar abad ke-1 H. atau abad ke-7 M. dan langsung dari Arabia (Kami telah membicarakan kelemahan-kelemahan teori abad ke-13 M. dalam Sejarah Nasional Indonesia III, sejak tahun 1975 dan seterusnya serta dalam berbagai tulisan lainnya. Kedatangan Islam awalnya melalui perdagangan Internasional dan penyebaran atau penyampaiannya secara lebih mendalam oleh para da’i dan para wali (Di Jawa Wali Sanga) yang berasal dari luar atau dari Indonesia sendiri. Waktu kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia melalui beberapa fase dan yang abad ke-7 M. baru di bagian Barat Indonesia saja, Penyebaran Islam di Indonesia bahkan di wilayah Asia Tenggara berjalan dengan damai sesuai dengan prinsip-prinsip konsep Islam. Proses Islamisasi melalui berbagai jalur : Perdagangan, Pernikahan, Memasuki birokrasi, Sufisme, Pendidikan (Pesantren), Kesenian.

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Kesultanan-Kesultanan di Indonesia
Setelah terjadi proses penyebaran Islam lambat laun tumbuh dan berkembang Keultanan-Kesultanan dengan dinamika sejarahnya dalam berbagai aspek:social- politik, social ekonomi-perdagangan, social keagamaan dan kebudayaan. Dalam bidang social-politik biasanya terjadi pergantian kekuasaan yang mulus tetapi kadang-kadng tidak mulus. Tidak mulus disebabkan terjadinya perebutan kekuasaan di kalangan keluarga; dan juga kadang-kadang karena hasutan politik dari luar dari pihak yang menginginkan penjajahan termasuk bidang monopoli perdagangan. Dalam menjalankan politik pemerintahan Kesultanan mempunyai system birokrasi yang cukup lengkap, tetapi jika mulai dimasuki system birokrasi Barat (dari Penjajah) mulai terjadi perlawanan. Tumbuh dan berkembangnya Kesultanan –Kesultanan di Indonesia tidak menunjukkan persamaan kaena ada yang sejak abad ke-16, 17 dan ke-18 M.mulai memudar bahkan pada awal abad ke-19 M. mulai di bawah lindungan pemerintahan jajahan (terutama Belanda sejak VOC –Hindia Belanda) dan ada yang baru awal abad ke 20 M. contohnya Kesultanan Aceh Darussalam baru dikuasai Hindia-Belanda. Bahkan pada abad ke-19 M. di mana-mana timbul gerakan social dan keagamaan misalnya Pemberontakan Cilegon, Perang Padri, Pemberontakan Antasari, dan di daerah-daerah lainnya. Pemberontakan atau perlawanan-perlawanan terhadap penjajah tersebut umumnya dipimpin para Kiai atau Ulama. .
Di antara sejumlah Kesultanan di Indonesia yang pada abad ke-17 M. mencapai keemasan dilihat dari berbagai aspek kehidupan: politik, ekonomi-perdagangan, keagamaan dan kebudayaan: ialah Kesultanan Aceh Darussalam semasa Sultan Iskandar Muda, Kesultanan Mataram semasa Sultan Agung Hanyakrasusumo, Kesultanan Banten semasa Sultan Ageng Tirtayasa, Kesultanan Gowa semasa Sultan Hasan Uddin. Dapat kita catat tentang kemajuan keagamaan terutama yang memberikan warisan kesasteraan agama Islam mengenai berbagai hal: Taugid, Tasawuf dan Tarekatnya, Fikh, Musyah Al-Qur’an, dan lainnya ialah Kesultanan Aceh Darussalam, kemudian Kesultanan Banaten.
Aceh terkenal dengan para ulama besarnya dan tempat berguru para kiai sebelum pergi menenuaikan ibadah haj, karena itu sering digelari Aceh Serambi Mekkah. Di Aceh hidup Hamzah Fansuri (w. 1527 M.), Syamsuddin As-Sumaatrani (abad 17 M.), Nuruddin Ar-Raniri ( abd-17 M.), Abdurrauf As-Singkili (abd 17 M.)dan lainnya. Dari Aceh mulai sastra keagamaaan Islam yang ditulis dalam huruf Jawi berbagasa Melayu dan tersebar ke berbagai daerah Indonesia: di Sumatara, di Bima, Maluku, Sulawesi-Buton, Kalimantan. Demikian pula pengaruhnya ke Banten , Cirebon dan lainnya. Pada abad 17 dan 18 Masehi hubungan atau jaringan kuat antara ulama-ulama Timur Tengah dan Melayu-Indonesia. KItab-kitab Fikh yang tersebar sejak masa lampau di Indonesia telah banyak dibicarakan dan dapat kami catatan pada umumnya di Kesulatanan-Kesultanan di Indonesia menerapkan Syari’ah terutama di bidang Ubudiyah, Muamalah dan Hudud, tetapi dalam bidang Jinayah tidak kecuali satu masa di Kesultanan Aceh Darussalam semasa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 tetapi kemudian
dihapus mada masa Iskandar Thani (baca Denys Lombard: Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskanda Muda (1607-1636), KPG-EFEO 2006, hlm. 118-119)
Hubungan perekonomian dan perdagangan antar Kesultanan di Indonesia dan antar Bangsa dengan negeri-negeri di Asia Tenggara, Di Timur Jauh: Cina, Jepang dan lainnya dan juga dengan Timur Tengah: Arabia, Persi (Iran), Irak, Turki, Mesir dan lainnya berjalan terus sekalipun penah dirintangi oleh politk monopoli perdagangan Portugis dan Belanda. Setelah penjajahan VOC dan kemudian Hindia Belanda praktis beberapa Kesulatanan perekonomian dan perdagangannya beralih kepada penjajah kecuali Aceh baru pada awal abad ke-20 awal. Hubungan-hubungan ekonomi pedagangan dengan negeri-negeri Islam diperkuat juga dengan hubungan persabatan dalam menghadapi penjajahan.
Dapat pula kita catatat bahwa meskipun penjajahan VOC-Hindia Belanda merupakan factor keruntuhan bagi Kesultanan-Kesultanan di Indonesia namun perlawanan dengan cara pemberontakan seperti telah dikatakan di atas berjalan terus. Untuk merintangi atau menghalangi kegiatan-kegiatan Islam di berbagai bidang Pemerintah Hindia Belanda misalnya dalam bidang ibadah haj dikeluarkanlah Haji Ordonansi 1922 yang sebanarnya merugikan umat Islam Indonesia. Demikian pula di bidang pendidikan muncul Ordonnansi Guru, 1925. Politik penjajahan Belanda untuk merintangi berbagai upaya bagi umat Islam telah diatur pula oleh Het Kantoor voor Inlandsche Zaken , tetapi anehnya lebih mengatur kehidupan keagamaan yang dianut bangsa Indonesia yang dapat kita perhatikan dalam disertasi H. Aqib Suminto “ Politik Islam Hindia Belanda” LP3S, 1986.
Mengenai keberadaan pendidikan zaman Penjajahan Belanda dengan berbagai gerakan pendidikan sebagai lawan perimbangan terhadap system pendidikan yang diciptakan Penjajahan Belanda misalnya tumbuh dan berkembangnya pendidikan-pendidikan Islami yang dipelopori oleh Syaikh Ahmad Khatib, Syaikh Thahir Jalaluddin, Syaikh Mugammad Jamil Jambek dll di daerah Minangkabau dan di antara lain yang berpengaruh ialah pendidikan Surau Jembatan Besi. Demikian juga di Jakarta waktu itu tahun 1905, Muhammadiyah di Yogyakarta, Haji Abdulkarim dengan Hayatul Qulub di Majlengka, dan gerakan-gerakan pendidikan sebagai pembaruan untuk pendidikan Islam.
(Baca: Deliar Noer: Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942.). Demikian pula dibicarakan hal-hal berhubungan dengan gerakan politik dari tahun tahun tersebut.
Setelah jaman Penjajahan Belanda bagaimana kehidupan politik dan lainnya dalam Islam di Indonesia pada zaman Pendudukan Jepang, kita akan mendapat gambaran bagaimana dari salah sebuah buku yang juga menerangkan tentang segi positif dan sefi negatifnya tindakan Pemerintah Pendudukan Jepang, terlebih yang diakibatkan tindakan-tindakan Jepang yang menyebabkan penderitaan rakyat yang juga menimbulkan pemberontakan-pemberontakan di beberapa tempat (Baca: Harry J. Benda “Bulan Sabit Dan Matahari Terbit. Islam Indonesia Pada Masa Pendudukan Jepang.” Pustaka Jaya, 1985). Selanjutnya kita akan sampai pada pebicaraan tentang Islam sejak Kemerdekaan Indonesia terutama masalah perjuangan Islam masa modern dari sekitar tahun 1945 sampai 1965 an setelahnya. B.J. Bolland dalam “ The Struggle Of Islam In Modern Indonesia” 1971, telah memberikan gambaran gerakan-gerakan politik Islam di zaman sejarah Indonesia modern itu dan dampaknya terhadap kehidupan setelah 25 tahun sejak merdeka. Boland dalam kajiannya melakukan pendekatan sosiologis yaitu dari segi awal idea-idea dunia Islam dan sejarahnya untuk mengetahui sejauh dan bagaimana fungsi-funsi Islam sebagai kekuatan yang hidup di Indonesia baru. Sehubungan dengan itu dikatakan pelunya serta akan berhasil jika dilakukan pendekatan perkembangannya selama duapuluh limatahun dan dari sudut inilah untuk memperoleh beberapa bahan tentang kegiatan-kegiatan Islam secara spesifik, problema-problema serta kecenderungan-kecenderungannya. Menarik perhatian kita bahwa Boland memberikan gambaran kepada kita kecuali tentang perkembangan Islam 25 tahun juga memberikan gambaran pembagian gambaran politik tahun 1945-1955, kemudian masa penguatan kedalam komunitas Islam sendiri sampai peningkatannya (1955-1965), dan masa setelah 30 September 1965.

III. Kesimpulan dan Upaya Menumbuhkan Citra Kejayaan Islam
Jikalau kita amati perjalanan Sejarah Islam di Indonesia dari masa ke masa sejak kedatangan, proses penyebaran sampai zaman tumbuh dan berkembangnya Kesultanan Kesultanan bahkan mencapai keemasannya terasa telah terjadinya dinamika histories yang menggembirakan.. Di zaman Keemasan Kesultanan-Kesultanan di Indonesia sebagaimana telah dicontohkan terutama abad ke-17 M. telah memberikan warisan sejarah yang gemilang dalam berbagai aspek: Sosial- politik Sosial-ekonomi-perdagangan, Sosial –keagamaan dan kebudayaan, ternyata telah memberikan citra yang dapat dibanggakan. Namun demikian setelah mulai dimasuki pengaruh baik politik, ekonomi-perdagangan maupun system pemerintahan maka umat Islam mengalami keresahan yang akibatnya muncul perlawanan atau pemberontakan melwan politik penjajahan baik melalui gerakan politik mapun gerakan keagamaan dan gerakan pendidikan. Namun upaya perjuangan masyarakat Musilm di bawah pimpinan para ulama itu mengalami kegagalan akibat berbagai factor antara lain: perselisihan internal yang kemudian dimasuki politik divide et empera, pemisahan persatuan antara ulama dan umara, antara perjuangan dari satu daerah dengan daerah lainnya belum ada persatuan, pendidikan masyarakat yang dengan sengaja oleh pokitik Belanda dibedakan terutama menuju sekulerasmi dengan pengawasan ketat terhadap pendidikan non-pemerintah yang berlandaskan keagamaan dsb.
Demikian secara garis besar nasib umat Islam di Indonesia selama penjajahan dan bagaimana seharusnya untuk masa kini dan mendatang untuk menumbuhkan citra kejayaan Islam kita Indonesia, mungkin perlu diusahakan:
1) Terpeliharana uhuwah Islamiah di kalangan umat Islam Indonesia khususnya
dan umat Islam di dunia pada umumnya;
2) Melakukan serta meningkatkan kehidupan keagamaan bagi kehidupan dan ke-
sejahteraan dunia dan akhirat dengan berpedoman kepada isi dan maknanya
Al-Qur’an dan Hadis serta ajaran-ajaran dalam Syari’ah;
3) Memperjuangkan keadilan serta menegakkaanya untuk mencapak ketertiban,
keamanan, kenyamanan serta kebahagiaan umat Islam;
4) Mengupayakan kemajuan dalam pendidikan keagaamaan baik formal maupun
Non-formal demi kecerdasan umatnya serta ketakwaannya kepada Allah SWT.
5) Memajukan bidang seni-budaya Islami melalui berbagai kegiatan di kalangan
anak-anak, remaja serta dewasa umat Muslim.
Demikianmasalah serta pokok-pokok berkenaan dengan thema yang telah kami



kemukakan di atas. Semoga bermanfaat bagi kita semua dan terimakasih atas segala perhatian Bapak-Bapak, Ibu-Ibu serta Saudara-Saudara. Wa billahi taufik wal hidayah, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Referensi Bacaan
1. Uka Tjandrasasmita (ditor Khusus): Jaman Pertumbuhan Dan Perkembangan
Kerajaan-Kerajaan Islam Di Indonesia. Dalam Sejarah Nasional Indonesia
III. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bp Balai Pustaka, Jakarta
1993.
2. -------Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-Kota Muslim di Indonesia. PT. Menara
Kudus, Jakarta, 2000.
3………Peneliian Arkeologi Islam di Indonesia Dari Masa ke Masa. PT. Menara Kudus,
Jakarta, 2000.
4. ……..Kajian Naskah-Naskah KLasik dan Penerapannya bagi Kajian Sejarah Islam di
Indonesia.Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Departemen
Agama R.I., Jakarta 2006.
5. Azyumardi Azra: Jaringan Ulama Timur Tengahdan Kepulauan Nusantara Melacak
Akar-Akar Pembaruan Pemikiran Islam di Indonesia. Penerbit Mizan, 1994.
6. Maartin van Bruinessen: Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat. Tradisi=Tradisi Islam
di Indonesia. Mizan, Bandung, 1995.
7. H.J. de Graaf- Th.G.Th. Pigeaud: Kerajaan-Keraajaan Islam Di JawaPeralihan Dari
Majapahiy Ke Mataram.Seri Terjemahan Javanologi, 1986.
8. Denys Lombard: Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636).Diterje –
mahkan oleh Winarsih Arifin. KPG.Kepustakaan Populer Gramedia- Forum Jakar
ta- Paris-EFEO, Jakaarta, 2006.
9. Harry J. Benda:Bulan SabitDan Matahari Terbit Islam Indonesia Pada Masa Pendu-
dukan Jepang Pustaka Jaya, 1985.
10. H. Aqib Suminto: Politik Islam Hindia Belanda Het Kantoor voor Inlandsche Zaken
LP3ES, Jakarta 1985.
11. Deliar Noer: Geraakan Modern Islam di Indonesia. 1900-1942.LP3 ES., Jakarta 1980
12. B.J. Boland: The Struggle Of Islam In Modern Indonesia. The Hague Martinus Nij-
hoff,1971.